Wednesday, April 27, 2016

BERATNYA RESIKO DIAKHIRAT AKIBAT BUNUH DIRI



"Hai anak-anakku, pergilah kamu maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir ". ( Q. Yusuf 87 )

Mendengar kata bunuh diri, membuat bulu kuduk jadi berdiri, betapa tidak tubuh yang dirawat dan dijaga setiap hari, diberi makan dan minum agar sehat dan bermanfaat ini, hanya dengan cepatnya diahiri dengan cara bunuh diri. Mengapa dengan cepatnya mengambil jalan pintas diluar akal sehat, dengan mudahnya memutuskan sikap fatal senekat ini ?. Bukankah masih banyak jalan bisa dicari, sebagai solusi, namun mengapa masih nekat mengambil keputusan drastis dengan cara bunuh diri, apakah tak memikirkan akibatnya dikemudian hari !.

KEPUTUSAN FINAL YANG FATAL
Pelaku yang mengambil cara nekat dan fatal dalam mengambil keputusan,  beranggapan bahwa dengan mengambil jalan pintas, berkeyakinan akan bisa terlepas dari persoalan, akan terbebas dari semua penderitaan ?!. Dia lupa bahwa didunia saja akan membuat keluarga yang ditinggalkan akan merasa malu dan menanggung susah berkepanjangan. Apalagi kelak pada kehidupan dihari kebangkitan, deritanya makin berkepanjangan.

TAK TAHAN MENYANGGA BEBAN
Hidup tidak musti mulus seperti yang dibayangkan, pasti ada saja halangan, ini yang perlu difahami dan dicamkan, karena hidup memang dirancang demikian. Ada kaya kaya ada miskin, ada sehat ada sakit, ada untung ada rugi, ada sukses ada gagal, ada perkawinan ada perceraian, ada susah ada senang, ada hidup ada mati dan seterusnya, jadi hidup ada dinamikanya !. Beda dengan kehidupan Syurga yang hanya dihiasi dengan kesenangan saja, buah akibat karena dapat menguasai ujian kehidupan dunia.
Bagi yang tak faham dinamika ini, penderitaan yang dialami, tak bisa mencari solusi, sehingga dengan cepatnya mengahiri, dengan cara : minum racun,  menghunjamkan pisau,  menggantung diri, bahkan cara yang paling nekat ahir ahir ini dengan cara membakar diri. Memang sulit dinalar dengan akal sehat, betapa beraninya melakukan aksi nekat ini, bukankah terasa tersiksa dan sakit sekali !, namun mengapa masih berani, padahal ada yang tidak mati !.
Disini bisa diambil kesimpulan sebagai penyebabnya, pada umumnya karena pelaku tak kuat menyangga beban jiwanya yang sangat tertekan dan menderita, diantara penyebabnya adalah karena :                                 
1. Rasa hawatir dan takut dililit hutang yang tak sanggup dibayarnya.
2. Rasa hawatir dan takut ditimpa kerugian yang tak kunjung habisnya.
3. Rasa hawatir dan malu karena diberhentikan dari pekerjaan.
4. Rasa kecewa dan takut karena ditinggal mati orang yang dicintainya.
5. Rasa kecewa karena sakit yang tak kunjung sembuhnya.
6. Rasa kecewa dan malu yang selalu membebani, akibat hamil  sebelum nikah, ditambah lagi ditinggal sang pacar yang   menghamilinya.
7. Rasa sesal dan kesal karena perbuatan dosa yang selalu  membayanginya.

AKIBAT LUPA PERINGATAN               

"Dan barangsiapa berpaling dari peringatanKu, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta".  (Q. S. Thoha 124)

Orang yang lupa pada peringatan Al Quran, akan mengalami kebingungan, hidupnya jadi tak nyaman, karena tak tahu kemana arah tujuan, sehingga himpitan hidup yang dialaminya tak tahu kemana harus diarahkan, beban jiwa yang semestinya merupakan ujian dihadapinya dengan rasa hawatir, kalut, takut, malu, kecewa tak berkeputusan, kasihan. Ahirnya mengambil jalan pintas yang menyengsarakan !.   
Beda dengan yang tahu jalan, yang hidupnya selalu disandarkan pada ajaran dan peringatan, sehingga terarah dan tak kebingungan, karena misteri hidup hanya Allah yang Maha tahu cara mengarahkan. Maka beruntunglah yang selalu mau berpegang, pada ajaran yang telah dituntunkan.

RESIKO DIAHERAT
Betapa beratnya resiko diaherat akibat bunuh diri, siksa akan ditimpakan berulang kali, dengan cara seperti yang dilakukan ketika bunuh diri.
"Dari Abu Hurairah r.a. katanya : Bersabda Rasulullah s.a.w. :
"Barang siapa yang membunuh diri dengan barang tajam, maka barang itu jualah yang akan ditusukkan keperutnya didalam api neraka kelak, ia akan menetap disana selamanya. Dan barang siapa yang membunuh diri dengan mempergunakan racun, maka racun itu jualah yang akan diteguknya didalam api neraka, dimana ia akan menetap selama lamanya. Dan barang siapa membunuh diri dengan dengan menerjunkan diri dari gunung atau tempat yang tinggi, maka dari sana pulalah ia akan menerjunkan diri didalam api neraka, dimana ia akan menetap selama lamanya ".   ( H.R. Muslim )
Bila tahu ancaman siksa bagi yang bunuh diri, tentu akan berfikir ribuan kali, lebih baik ujian dihadapi, daripada kelak merima adzab dihari kebangkitan nanti.

HIDUP ADALAH UJIAN
"Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan : " Kami telah beriman ", sedang mereka tidak diuji ". ( Al Ankabut 2 )

Hidup memang penuh liku liku dan hambatan, harus dihadapi dengan tabah, tenang dan penuh kesabaran. Karena pada hakekatnya hidup adalah ujian, ini kata kuncinya bagi yang faham. Sehingga apapun yang terjadi tak akan kaget,  kelabakan dan kebingungan, karena jiwanya sudah siap, tahu dan faham akan romantika kehidupan. Ujian ada yang baik ada yang tak mengenakkan.
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan ". (Q.S.Al Anbiya 35)

BERAMAL SHOLIH BERLANDASKAN IMAN
Satu satunya resep agar jiwa tetap tegar, tak hawatir dan tak bersedih hati dalam menghadapi berbagai persoalan, hanya kembali pada iman, disertai melaksanakan kebaikan, dan tetap melaksanakan sholat sebagai kewajiban, dan selalu bersikap dermawan, karena memang demikian menurut yang Menciptakan.   
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan    amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati ". (Q.S. Al Baqoroh 277)

IMAN SEBAGAI LANDASAN
Dengan didasari iman, jiwa akan mantap dan tenang, karena punya sandaran, dan merasa tiap prilakunya merasa diawasi dan dicatat Tuhan, sehingga ada tumpuan yang bisa diharapkan, berupa pahala dan ampunan kelak dihari pembalasan, dengan demikian jiwanya merasa tentram.
    
AMAL SHOLIH
Jiwa yang dilandasi iman akan membuahkan sikap yang cenderung dan selalu berbuat kebaikan, dengan berbuat kebaikan jiwa akan puas dan senang, karena memang demikian fithrah jiwa menurut Al quran. Semakin banyak berbuat kebaikan, iman akan meningkat tajam, sebaliknya akan berkurang bila suka pada kemaksiatan.

MENEGAKKAN SHOLAT
Dengan melaksanakan sholat 5 waktu sehari semalam, berarti jiwa akan senantiasa menghadap pada Sang Penciptanya, memang jiwa punya fithrah tenang bila diajak mengingat Nya. Maka dengan sholat berarti tidak akan lengah, karena selalu menghadap pada waktunya. 

BERSIKAP DERMAWAN
Tidak hanya beriman, amal sholih dan sholat saja, namun jiwa diingatkan agar selalu bersikap dermawan, dengan menunaikan zakat atau shodaqoh kepada yang membutuhkan, jiwa yang sehat adalah yang suka bersikap memberi dan tak suka menengadahkan tangan. Dengan demikian jiwa akan merasa puas dan tenang, karena telah ikut meringankan beban yang kesusahan.

BERPAHALA, JAUH DARI RASA TAKUT DAN KHAWATIR
Bila iman sudah jadi landasan, amal sholih jadi kebiasaan, sholat tetap ditegakkan, dan selalu bersikap dermawan. Maka balasan pasti akan diberikan, berupa pahala dan ampunan. Dengan demikian maka jiwa akan merasa tenang, tidak sedih, tak akan merasa hawatir apalagi ketakutan.    


No comments:

Post a Comment