Ilustrasi Keluarga SAMARA |
Kebahagiaan hidup rumah tangga tidak harus didapatkan dengan memiliki
pasangan yang sempurna. Suami yang pintar, tampan, humoris, dan sederet
kriteria yang dianggap ideal lainnya, atau istri yang cantik, menarik, sexy,
pintar, dan kaya raya. Kebahagiaan tidak seperti dalam kisah sinetron.
Terkadang
kebahagiaan justru didapat dari hal-hal yang sederhana. Kita tentu saja tetap
bisa menikmati kebahagiaan bersama keluarga di tengah berbagai kekurangan yang
kita miliki. Setiap orang memiliki caranya masing-masing dalam menghadirkan
kebahagiaan. Bahagia adalah tentang mengelola rasa.
Tak
ada suami/istri sempurna. Namun kadang kita jumpai kasus seorang istri yang
menuntut kesempurnaan suaminya agar dapat menjadi sosok pribadi tanpa cela.
Tuntutan seperti ini tentu saja menjadi sesuatu yang tidak realistis dan hanya
akan menimbulkan kekecewaan yang berkepanjangan. Kesempurnaan hanyalah milik
Allah SWT dan kekurangan adalah punya hambanya.
Allah
SWT menciptakan pasangan suami istri agar saling melengkapi. Karena itulah
ketika menemui ketidaksempurnaan pada diri pasangan, tugas kita adalah
melengkapinya. Seperti kancing dan baju, saling bekerjasama untuk menjaga
keutuhan rumah tangga.
Jika
sebuah kesempurnaan menjadi tujuan utama setiap manusia, tentulah tidak akan
ada saling menghormati karena setiap manusia akan menuntut satu sama lain untuk
menjadi sempurna. Lagipula, bagaimanakah standar kesempurnaan sesungguhnya,
kita tidak pernah tahu. Setiap orang mempunyai standarnya masing-masing. Ada
orang yang menganggap sifat seperti ini baik, seperti itu tidak, yang lain bisa
jadi standarnya berbeda.
Begitulah,
akan selalu ada pro dan kontra jika berpegang pada standar manusia, apalagi
jika menjadikan perasaan sebagai penentu. Tidak akan ada jalan keluar. Karena
itulah setiap pasangan hendaklah berkomitmen untuk saling melengkapi setiap kekurangan
dan terus berusaha memberikan yang terbaik dan menjadi lebih baik. Setiap
kekeliruan harus dijadikan pembelajaran agar kesalahan yang sama tidak
terulang.
Dan
yang lebih penting yaitu bersama-sama menjadikan standar dalam menentukan
setiap keputusan yang diambil adalah berdasarkan syari’at, bukan ego
masing-masing. Dengan demikian, insyaAllah kita dapat membangun sebuah harmoni
rumah tangga yang berjalan di atas tangga-tangga keridho’an Allah hingga kita
dapat mencapai syurga-Nya. Semoga Allah SWT meridhoi rumah tangga kita dan
menjadikannya SAMARA (Sakinah, Mawadah, Warohmah). Aaminn Ya Rabbal Alamiin !!
No comments:
Post a Comment