Tuesday, July 28, 2015

SEPEDA MOTOR SI “THOLE”

 
Motor Honda 1996

Kawan semua tentunya sudah tidak asing dengan 2(dua) pepatan ini “Sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit” dan “sing sopo tlaten bakale panen” (siapa yang tekun akan memperoleh hasilnya). Bila dipraktekan dalam kehidupan kita sehari-hari hal itu memang benar adanya, setidaknya itu berlaku buat “Thole”. “Thole” adalah seorang pemuda berumur dua puluh tahunan yang berasal dari sebuah desa kecil disebuah kabupaten yang dikelilingi gunung-gunung dengan pemandangan alam dan pantai yang indah, kabupaten tersebut berada disebelah barat Kabupaten Tulungagung Jawa Timur.

“Thole” Mengawali karir pada tahun 2003, sebagai seorang karyawan di sebuah perusahaan swasta non profit yang bergerak dibidang jasa konstruksi di Surabaya, dengan take home pay gaji per bulan sebesar Rp. 200.000 (dua ratus ribu rupiah). Begitu kecil memang ! dimana pada saat itu UMR Kota Surabaya sudah sekitar Rp. 550.000 (lima ratus lima puluh ribu rupiah). Namun karena keinginan dan tekad “Thole” untuk tidak menjadi pengangguran di desa, serta demi membahagiakan orang tua dan sekaligus merubah nasib, “Thole” menerima pekerjaan dan gaji yang kecil itu dengan senang hati.

Gajian pertama benar-benar sangat berkesan buat “Thole” dan tidak akan pernah ia lupakan. Waktu itu akhir bulan Maret 2003, bagian keuangan tempat “Thole” bekerja memanggilnya dan menyodori slip gaji, “Thole” harus menandatangani slip gaji tersebut. Satu hal yang belum pernah dia lakukan sebelumnya. Grogi ! sampai-sampai tangan “Thole” bergetar, yah ! maklumlah baru pertama kali menerima gajian resmi dari perusahaan. Itulah ketiga kalinya tanda tangan “Thole” berguna secara resmi setelah sebelumnya tanda tangan pada Ijazah dan KTP (Kartu Tanda Penduduk).

Status “Thole” bekerja di perusahaan swasta tersebut awalnya hanya magang selama 3(tiga) bulan. Karena dinilai bekerja baik, perusahaan memberikan kontrak kerja selama 1(satu) tahun kepada “Thole”, dan apabila kerjanya bagus kontrak kerja “Thole” akan diperpanjang lagi. Dalam klausul kontrak tersebut “Thole”  diberikan kenaikan gaji, yang sebelumnya Rp. 200.000 menjadi Rp. 275.000 (dua ratus tujuh puluh lima ribu rupiah). Mulai saat itulah baru “Thole” menyadari betapa kerasnya kehidupan kota surabaya, gajinya dia pas-pasan sedangkan harga barang-barang kebutuhan hidup mahal tidak seperti di desanya yang serba masih murah,.

Dengan gaji kecil itu “Thole” harus berhemat dan pandai-pandai mengatur keuangan agar cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya  selama satu bulan serta disisihkan untuk ditabung. Untuk menambah penghasilan, tiap hari Sabtu dan Minggu “Thole” ikut kawan-kawan nya dikantor sebelah menjadi tukang parkir Sepeda Motor pada acara pernikahan. Kebetulan kantor sebelah tempat “Thole” bekerja menyewakan gedung, dimana setiap hari Sabtu dan Minggu selalu disewa orang untuk menyelenggarakan resepsi pernikahan.

Dalam benak “Thole” sempat terbersit keinginan untuk keluar dari perusahaan dan mencari pekerjaan ditempat lain yang memberikan gaji bulanan lebih tinggi. Karena menurut temannya ! kantor tempatnya bekerja saat itu telah memberikan gaji sebesar Rp. 480.000 (empat ratus delapan puluh ribu rupiah) per bulan.  Memang masih dibawah UMR juga, tapi lebih besar dari gajinya “Thole”. Akan tetapi niat untuk keluar dari pekerjaan “Thole” urungkan, setelah ia mempertimbangkan saran dan janji dari kakak nya, bahwa nanti “Thole” akan dicarikan pekerjaan dikantor Dinas Pekerjaan Umum tempat kakaknya bekerja, dimana gaji yang diberikan lebih baik dari tempat “Thole” bekerja. Untuk sementara “Thole” diminta bersabar dulu. “Innallaha Ma’ashobirin” Allah SWT bersama orang-orang yang sabar.

Seiring berjalannya waktu tanpa terasa sudah 2(dua) tahun lebih “Thole” bekerja, gaji bulanan yang “Thole” terima dari perusahaan juga bertambah, selama itu pula uang tabungan “Thole” yang telah dia kumpulkan sedikit demi sedikit jumlahnya cukup lumayan. Dari uang tabungan tersebut “Thole” punya keinginan untuk membeli Sepeda Motor. Sepeda Motor yang rencananya akan ia beli bukan Sepeda Motor baru, tapi Sepeda Motor bekas buatan tahun sembilan puluhan yang masih pantas untuk dipakai berkendara.

Atas keinginannya itu, “Thole” pun meminta bantuan kepada kakak ipar nya yang ada di Porong Sidoarjo untuk mencarikan Sepada Motor second dengan harga tidak lebih dari tujuh juta rupiah. Kakak ipar “Thole”  pun menyanggupi dengan senang hati atas permintaan “Thole”  tersebut. Jarak dua minggu tepatnya pada pertengahan bulan Juli 2005 Sepeda Motor yang dipesan “Thole” ke kakak iparnya didapat kan. Sejak saat itu “Thole” resmi memiliki Sepeda Motor pribadi merk Honda buatan tahun 1996 dengan harga Rp. 6.700.000 (enam juta tujuh ratus ribu rupiah).

Alhamdulillah atas rizki dari Allah SWT dan ketekunan dalam bekerja dan menabung “Thole”  dapat memenuhi keinginannya membeli Sepeda Motor yang sejak dulu ia impikan.

“Semoga Sukses”


No comments:

Post a Comment