Kawan semua tentunya sudah tidak asing dengan 2(dua) pepatan
ini “Sedikit-sedikit lama-lama menjadi
bukit” dan “sing sopo tlaten bakale
panen” (siapa yang tekun akan memperoleh hasilnya). Bila dipraktekan dalam
kehidupan kita sehari-hari hal itu memang benar adanya, setidaknya itu berlaku
buat “Thole”. “Thole” adalah seorang pemuda berumur dua puluh tahunan yang
berasal dari sebuah desa kecil disebuah kabupaten yang dikelilingi
gunung-gunung dengan pemandangan alam dan pantai yang indah, kabupaten tersebut
berada disebelah barat Kabupaten Tulungagung Jawa Timur.
“Thole” Mengawali karir pada tahun 2003, sebagai seorang
karyawan di sebuah perusahaan swasta non profit yang bergerak dibidang jasa
konstruksi di Surabaya, dengan take home pay gaji per bulan sebesar Rp. 200.000
(dua ratus ribu rupiah). Begitu kecil memang ! dimana pada saat itu UMR Kota
Surabaya sudah sekitar Rp. 550.000 (lima ratus lima puluh ribu rupiah). Namun
karena keinginan dan tekad “Thole” untuk tidak menjadi pengangguran di desa, serta
demi membahagiakan orang tua dan sekaligus merubah nasib, “Thole” menerima pekerjaan
dan gaji yang kecil itu dengan senang hati.
Gajian pertama benar-benar sangat berkesan buat “Thole” dan
tidak akan pernah ia lupakan. Waktu itu akhir bulan Maret 2003, bagian keuangan
tempat “Thole” bekerja memanggilnya dan menyodori slip gaji, “Thole” harus
menandatangani slip gaji tersebut. Satu hal yang belum pernah dia lakukan
sebelumnya. Grogi ! sampai-sampai tangan “Thole” bergetar, yah ! maklumlah baru
pertama kali menerima gajian resmi dari perusahaan. Itulah ketiga kalinya tanda
tangan “Thole” berguna secara resmi setelah sebelumnya tanda tangan pada Ijazah
dan KTP (Kartu Tanda Penduduk).
Status “Thole” bekerja di perusahaan swasta tersebut awalnya
hanya magang selama 3(tiga) bulan. Karena dinilai bekerja baik, perusahaan
memberikan kontrak kerja selama 1(satu) tahun kepada “Thole”, dan apabila
kerjanya bagus kontrak kerja “Thole” akan diperpanjang lagi. Dalam klausul
kontrak tersebut “Thole” diberikan kenaikan
gaji, yang sebelumnya Rp. 200.000 menjadi Rp. 275.000 (dua ratus tujuh puluh
lima ribu rupiah). Mulai saat itulah baru “Thole” menyadari betapa kerasnya
kehidupan kota surabaya, gajinya dia pas-pasan sedangkan harga barang-barang
kebutuhan hidup mahal tidak seperti di desanya yang serba masih murah,.
Dengan gaji kecil itu “Thole” harus berhemat dan
pandai-pandai mengatur keuangan agar cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya selama satu bulan serta disisihkan untuk
ditabung. Untuk menambah penghasilan, tiap hari Sabtu dan Minggu “Thole” ikut kawan-kawan
nya dikantor sebelah menjadi tukang parkir Sepeda Motor pada acara pernikahan.
Kebetulan kantor sebelah tempat “Thole” bekerja menyewakan gedung, dimana
setiap hari Sabtu dan Minggu selalu disewa orang untuk menyelenggarakan resepsi
pernikahan.
Dalam benak “Thole” sempat terbersit keinginan untuk keluar
dari perusahaan dan mencari pekerjaan ditempat lain yang memberikan gaji
bulanan lebih tinggi. Karena menurut temannya ! kantor tempatnya bekerja saat
itu telah memberikan gaji sebesar Rp. 480.000 (empat ratus delapan puluh ribu
rupiah) per bulan. Memang masih dibawah
UMR juga, tapi lebih besar dari gajinya “Thole”. Akan tetapi niat untuk keluar
dari pekerjaan “Thole” urungkan, setelah ia mempertimbangkan saran dan janji dari
kakak nya, bahwa nanti “Thole” akan dicarikan pekerjaan dikantor Dinas
Pekerjaan Umum tempat kakaknya bekerja, dimana gaji yang diberikan lebih baik
dari tempat “Thole” bekerja. Untuk sementara “Thole” diminta bersabar dulu.
“Innallaha Ma’ashobirin” Allah SWT bersama orang-orang yang sabar.
Seiring berjalannya waktu tanpa terasa sudah 2(dua) tahun
lebih “Thole” bekerja, gaji bulanan yang “Thole” terima dari perusahaan juga
bertambah, selama itu pula uang tabungan “Thole” yang telah dia kumpulkan sedikit
demi sedikit jumlahnya cukup lumayan. Dari uang tabungan tersebut “Thole” punya
keinginan untuk membeli Sepeda Motor. Sepeda Motor yang rencananya akan ia beli
bukan Sepeda Motor baru, tapi Sepeda Motor bekas buatan tahun sembilan puluhan yang
masih pantas untuk dipakai berkendara.
Atas keinginannya itu, “Thole” pun meminta bantuan kepada kakak
ipar nya yang ada di Porong Sidoarjo untuk mencarikan Sepada Motor second
dengan harga tidak lebih dari tujuh juta rupiah. Kakak ipar “Thole” pun menyanggupi dengan senang hati atas
permintaan “Thole” tersebut. Jarak dua
minggu tepatnya pada pertengahan bulan Juli 2005 Sepeda Motor yang dipesan “Thole”
ke kakak iparnya didapat kan. Sejak saat itu “Thole” resmi memiliki Sepeda
Motor pribadi merk Honda buatan tahun 1996 dengan harga Rp. 6.700.000 (enam
juta tujuh ratus ribu rupiah).
Alhamdulillah atas rizki dari Allah SWT dan ketekunan dalam
bekerja dan menabung “Thole” dapat memenuhi
keinginannya membeli Sepeda Motor yang sejak dulu ia impikan.
“Semoga Sukses”
No comments:
Post a Comment