"Hai anak-anakku, pergilah kamu maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir ". ( Q. Yusuf 87 )
Mendengar
kata bunuh diri, membuat bulu kuduk jadi berdiri, betapa tidak tubuh yang
dirawat dan dijaga setiap hari, diberi makan dan minum agar sehat dan
bermanfaat ini, hanya dengan cepatnya diahiri dengan cara bunuh diri. Mengapa
dengan cepatnya mengambil jalan pintas diluar akal sehat, dengan mudahnya
memutuskan sikap fatal senekat ini ?. Bukankah masih banyak jalan bisa dicari,
sebagai solusi, namun mengapa masih nekat mengambil keputusan drastis dengan
cara bunuh diri, apakah tak memikirkan akibatnya dikemudian hari !.
KEPUTUSAN FINAL YANG FATAL
Pelaku yang
mengambil cara nekat dan fatal dalam mengambil keputusan, beranggapan bahwa dengan mengambil jalan
pintas, berkeyakinan akan bisa terlepas dari persoalan, akan terbebas dari
semua penderitaan ?!. Dia lupa bahwa
didunia saja akan membuat keluarga yang ditinggalkan akan merasa malu dan
menanggung susah berkepanjangan. Apalagi kelak pada kehidupan dihari
kebangkitan, deritanya makin berkepanjangan.
TAK TAHAN MENYANGGA BEBAN
Hidup tidak musti
mulus seperti yang dibayangkan, pasti ada saja halangan, ini yang perlu
difahami dan dicamkan, karena hidup memang dirancang demikian. Ada kaya kaya
ada miskin, ada sehat ada sakit, ada untung ada rugi, ada sukses ada gagal, ada
perkawinan ada perceraian, ada susah ada senang, ada hidup ada mati dan
seterusnya, jadi hidup ada dinamikanya !. Beda dengan kehidupan Syurga yang
hanya dihiasi dengan kesenangan saja, buah akibat karena dapat menguasai ujian
kehidupan dunia.
Bagi yang tak faham
dinamika ini, penderitaan yang dialami, tak bisa mencari solusi, sehingga
dengan cepatnya mengahiri, dengan cara : minum racun, menghunjamkan pisau, menggantung diri, bahkan cara yang paling
nekat ahir ahir ini dengan cara membakar diri. Memang sulit dinalar dengan akal
sehat, betapa beraninya melakukan aksi nekat ini, bukankah terasa tersiksa dan
sakit sekali !, namun mengapa masih berani, padahal ada yang tidak mati !.
Disini bisa diambil
kesimpulan sebagai penyebabnya, pada umumnya karena pelaku tak kuat menyangga
beban jiwanya yang sangat tertekan dan menderita, diantara penyebabnya adalah
karena :
1.
Rasa hawatir dan takut dililit hutang yang tak sanggup dibayarnya.
2. Rasa hawatir dan
takut ditimpa kerugian yang tak kunjung habisnya.
3. Rasa hawatir dan
malu karena diberhentikan dari pekerjaan.
4. Rasa kecewa dan
takut karena ditinggal mati orang yang dicintainya.
5. Rasa kecewa karena
sakit yang tak kunjung sembuhnya.
6. Rasa kecewa dan
malu yang selalu membebani, akibat hamil
sebelum nikah, ditambah lagi ditinggal sang pacar yang menghamilinya.
7. Rasa sesal dan
kesal karena perbuatan dosa yang selalu
membayanginya.
AKIBAT LUPA PERINGATAN
"Dan
barangsiapa berpaling dari peringatanKu, maka sesungguhnya baginya penghidupan
yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". (Q. S. Thoha 124)
Orang
yang lupa pada peringatan Al Quran, akan mengalami kebingungan, hidupnya jadi
tak nyaman, karena tak tahu kemana arah tujuan, sehingga himpitan hidup yang
dialaminya tak tahu kemana harus diarahkan, beban jiwa yang semestinya
merupakan ujian dihadapinya dengan rasa hawatir, kalut, takut, malu, kecewa tak
berkeputusan, kasihan. Ahirnya mengambil jalan pintas yang menyengsarakan
!.
Beda dengan yang
tahu jalan, yang hidupnya selalu disandarkan pada ajaran dan peringatan,
sehingga terarah dan tak kebingungan, karena misteri hidup hanya Allah yang
Maha tahu cara mengarahkan. Maka beruntunglah yang selalu mau berpegang, pada
ajaran yang telah dituntunkan.
RESIKO DIAHERAT
Betapa beratnya
resiko diaherat akibat bunuh diri, siksa akan ditimpakan berulang kali, dengan
cara seperti yang dilakukan ketika bunuh diri.
"Dari
Abu Hurairah r.a. katanya : Bersabda Rasulullah s.a.w. :
"Barang siapa yang membunuh diri dengan barang tajam, maka
barang itu jualah yang akan ditusukkan keperutnya didalam api neraka kelak, ia
akan menetap disana selamanya. Dan barang siapa yang membunuh diri dengan
mempergunakan racun, maka racun itu jualah yang akan diteguknya didalam api
neraka, dimana ia akan menetap selama lamanya. Dan barang siapa membunuh diri
dengan dengan menerjunkan diri dari gunung atau tempat yang tinggi, maka dari
sana pulalah ia akan menerjunkan diri didalam api neraka, dimana ia akan
menetap selama lamanya ". ( H.R.
Muslim )
Bila tahu ancaman
siksa bagi yang bunuh diri, tentu akan berfikir ribuan kali, lebih baik ujian
dihadapi, daripada kelak merima adzab dihari kebangkitan nanti.
HIDUP ADALAH UJIAN
"Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)
mengatakan : " Kami telah beriman ", sedang mereka tidak diuji
". ( Al Ankabut 2 )
Hidup
memang penuh liku liku dan hambatan, harus dihadapi dengan tabah, tenang dan
penuh kesabaran. Karena pada hakekatnya hidup adalah ujian, ini kata kuncinya
bagi yang faham. Sehingga apapun yang terjadi tak akan kaget, kelabakan dan kebingungan, karena jiwanya
sudah siap, tahu dan faham akan romantika kehidupan. Ujian ada yang baik ada
yang tak mengenakkan.
"Tiap-tiap yang berjiwa akan
merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai
cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan
". (Q.S.Al Anbiya 35)
BERAMAL SHOLIH BERLANDASKAN IMAN
Satu satunya resep
agar jiwa tetap tegar, tak hawatir dan tak bersedih hati dalam menghadapi
berbagai persoalan, hanya kembali pada iman, disertai melaksanakan kebaikan,
dan tetap melaksanakan sholat sebagai kewajiban, dan selalu bersikap dermawan,
karena memang demikian menurut yang Menciptakan.
"Sesungguhnya orang-orang yang
beriman, mengerjakan amal saleh,
mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi
Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati ". (Q.S. Al Baqoroh 277)
IMAN SEBAGAI LANDASAN
Dengan didasari
iman, jiwa akan mantap dan tenang, karena punya sandaran, dan merasa tiap
prilakunya merasa diawasi dan dicatat Tuhan, sehingga ada tumpuan yang bisa
diharapkan, berupa pahala dan ampunan kelak dihari pembalasan, dengan demikian
jiwanya merasa tentram.
AMAL SHOLIH
Jiwa yang dilandasi
iman akan membuahkan sikap yang cenderung dan selalu berbuat kebaikan, dengan
berbuat kebaikan jiwa akan puas dan senang, karena memang demikian fithrah jiwa
menurut Al quran. Semakin banyak berbuat kebaikan, iman akan meningkat tajam,
sebaliknya akan berkurang bila suka pada kemaksiatan.
MENEGAKKAN SHOLAT
Dengan melaksanakan
sholat 5 waktu sehari semalam, berarti jiwa akan senantiasa menghadap pada Sang
Penciptanya, memang jiwa punya fithrah tenang bila diajak mengingat Nya. Maka
dengan sholat berarti tidak akan lengah, karena selalu menghadap pada waktunya.
BERSIKAP DERMAWAN
Tidak hanya
beriman, amal sholih dan sholat saja, namun jiwa diingatkan agar selalu
bersikap dermawan, dengan menunaikan zakat atau shodaqoh kepada yang
membutuhkan, jiwa yang sehat adalah yang suka bersikap memberi dan tak suka
menengadahkan tangan. Dengan demikian jiwa akan merasa puas dan tenang, karena
telah ikut meringankan beban yang kesusahan.
BERPAHALA, JAUH DARI RASA TAKUT DAN
KHAWATIR
Bila iman sudah jadi
landasan, amal sholih jadi kebiasaan, sholat tetap ditegakkan, dan selalu
bersikap dermawan.
Maka balasan pasti akan diberikan, berupa pahala dan ampunan. Dengan demikian
maka jiwa
akan merasa tenang, tidak sedih, tak akan merasa hawatir apalagi ketakutan.
Sumber : buletinjumatalhakim
No comments:
Post a Comment