Pelaminan - Foto griyaayuwedding |
Momen
yang paling ditunggu bagi pasangan calon suami istri adalah melaksanakan resepsi
pernikahan. Ibaratnya pada hari itu mereka adalah raja dan ratu didalam sebuah istana
dengan singgasananya yang megah. Satu persatu para tamu undangan datang dengan
senyuman merekah mengucapkan selamat bahagia atas dirinya, bagaikan rakyat dari
suatu kerajaan yang menghadap sang raja dan permaisuri.
Setiap
pasangan tentu menginginkan sebuah acara pernikahan yang berkesan dan sempurna sebagai
sebuah kenang-kenangan hidup yang membahagiakan. Untuk melaksanakan pernikahan
yang sempurna tentu dibutuhkan biaya yang besar. Karena itu ketika masih
bujangan dan memiliki penghasilan tetap rajin-rajinlah menabung “Kawan” !
Resepsi
pernikahan memang hajat dari orang tua, jadi segala biaya yang dikeluarkan
adalah kewajiban orang tua. Walaupun didaerah tertentu ada calon mertua yang melaksanakan
tradisi dengan meminta uang kepada calon menantunya sebagai wujud kesungguhan
pihak laki-laki yang akan memperistri anak gadisnya. Dalam istilah jawa hal ini
disebut “Mblonjo (memberikan uang belanjaan)” untuk membantu pengeluaran pihak
perempuan dalam menyelenggarakan resepsi pernikahan.
Bila
kita memiliki uang lebih mungkin tidak akan keberatan mengikuti tradisi “Mblonjo”,
hitung-hitung sebagai amal jariyah. Tetapi bagi mereka yang uang tabungannya
pas-pasan akan sangat memberatkan. Jadi apabila diantara “Kawan-Kawan” ada yang
mengalami hal demikian hendaknya ditolak dengan halus. Bilang ke calon mertua
bahwa tabungan yang kita miliki cuma sedikit dan akan kita gunakan sebagai
bekal hidup kelak dengan istri. Mertua yang bijak pasti akan menerima alasan
itu. Dia tentu tidak ingin membebani calon menantunya yang nanti akan
menimbulkan efek buruk buat anak gadisnya.
Sebenarnya
menyelenggarakan resepsi pernikahan tidak perlu dengan kemewahan. Apabila uang yang
dimiliki mencukupi untuk bermewah-mewah tidak mengapa, tetapi bila uang yang
ada terbatas sebaiknya diselenggarakan secara sederhana saja. Tidak perlu
memaksanakan diri sampai harus berhutang kesana-kemari yang jumlahnya mencapai
puluhan hingga ratusan juta, hal itu akan menimbulkan beban bagi kita dikemudian
hari karena harus mengembalikan pijaman.
Justru
yang perlu dipikirkan itu adalah pasca resepsi pernikahan. Sebagai seorang suami
harus memikirkan tiga hal pokok yaitu sandang, papan, dan pangan (baju, tempat
tinggal dan makanan). Untuk baju dan makanan mungkin sudah bisa dipenuhi karena
nilainya yang tidak terlalu besar. Untuk tempat tinggal nilainya lumayan besar
dan perlu segera dipikirkan solusinya. Kenapa harus memikirkan tempat tinggal
segala, kan sudah ada rumah “Pondok Mertua Indah” !. Tinggal dirumah mertua
sah-sah saja, asalkan rumahnya luas dan cukup menampung kita berdua.
Pengalaman
beberapa teman yang telah menikah mengatakan kalau tinggal dirumah mertua itu
kurang nyaman, serba “ewuh pakewuh” atau serba salah. Mau makan nasi banyak-banyak
saja kita masih pikir-pikir, jangan-jangan orang tua tidak bekenan sehingga
nanti obral curhatan ketetangga, bila itu terjadi akan membuat malu kita “Kawan”.
Mau tiduran dirumah ketika libur kerja juga tidak enak dilihat mertua, kesannya
kita ini pemalas.
Belum
lagi kalau ada omongan dari mertua yang tidak enak didengar atau omongan kita
yang tidak berkenan dihati mertua bisa menyebabkan kesalahpahaman yang akan
menciptakan konflik keluarga. Dampak lebih buruk bila kita tinggal dirumah
mertua adalah bila istri tidak mau belajar mandiri. Tinggal bersama orang tua akan
membuat dia lebih santai sehingga menggantungkan segala sesuatu kepada ibunya,
seperti urusan memasak, mencuci, setrika dan lain-lain.
Tentu
lebih nyaman bila tinggal dirumah sendiri bersama istri “Kawan”. Kalau belum
mampu membeli rumah kita bisa kos atau kontrak terlebih dahulu. Kita jalani kehidupan
berumah tangga baik dalam suka maupun duka secara bersama-sama. Kita selesaikan
masalah yang dihadapi secara bersama-sama pula tanpa ada pengaruh dari siapapun.
Tunjukkan bahwa kita bisa hidup mandiri tanpa harus merepotkan orang tua/mertua
lagi.
“Semoga
Sukses”
No comments:
Post a Comment