Friday, September 4, 2015

RESEPSI PERNIKAHAN DAN MENJALANI KEHIDUPAN SETELAH MENIKAH


Pelaminan - Foto griyaayuwedding


Momen yang paling ditunggu bagi pasangan calon suami istri adalah melaksanakan resepsi pernikahan. Ibaratnya pada hari itu mereka adalah raja dan ratu didalam sebuah istana dengan singgasananya yang megah. Satu persatu para tamu undangan datang dengan senyuman merekah mengucapkan selamat bahagia atas dirinya, bagaikan rakyat dari suatu kerajaan yang menghadap sang raja dan permaisuri.

Setiap pasangan tentu menginginkan sebuah acara pernikahan yang berkesan dan sempurna sebagai sebuah kenang-kenangan hidup yang membahagiakan. Untuk melaksanakan pernikahan yang sempurna tentu dibutuhkan biaya yang besar. Karena itu ketika masih bujangan dan memiliki penghasilan tetap rajin-rajinlah menabung “Kawan” !  

Resepsi pernikahan memang hajat dari orang tua, jadi segala biaya yang dikeluarkan adalah kewajiban orang tua. Walaupun didaerah tertentu ada calon mertua yang melaksanakan tradisi dengan meminta uang kepada calon menantunya sebagai wujud kesungguhan pihak laki-laki yang akan memperistri anak gadisnya. Dalam istilah jawa hal ini disebut “Mblonjo (memberikan uang belanjaan)” untuk membantu pengeluaran pihak perempuan dalam menyelenggarakan resepsi pernikahan.

Bila kita memiliki uang lebih mungkin tidak akan keberatan mengikuti tradisi “Mblonjo”, hitung-hitung sebagai amal jariyah.  Tetapi bagi mereka yang uang tabungannya pas-pasan akan sangat memberatkan. Jadi apabila diantara “Kawan-Kawan” ada yang mengalami hal demikian hendaknya ditolak dengan halus. Bilang ke calon mertua bahwa tabungan yang kita miliki cuma sedikit dan akan kita gunakan sebagai bekal hidup kelak dengan istri. Mertua yang bijak pasti akan menerima alasan itu. Dia tentu tidak ingin membebani calon menantunya yang nanti akan menimbulkan efek buruk buat anak gadisnya.

Sebenarnya menyelenggarakan resepsi pernikahan tidak perlu dengan kemewahan. Apabila uang yang dimiliki mencukupi untuk bermewah-mewah tidak mengapa, tetapi bila uang yang ada terbatas sebaiknya diselenggarakan secara sederhana saja. Tidak perlu memaksanakan diri sampai harus berhutang kesana-kemari yang jumlahnya mencapai puluhan hingga ratusan juta, hal itu akan menimbulkan beban bagi kita dikemudian hari karena harus mengembalikan pijaman.

Justru yang perlu dipikirkan itu adalah pasca resepsi pernikahan. Sebagai seorang suami harus memikirkan tiga hal pokok yaitu sandang, papan, dan pangan (baju, tempat tinggal dan makanan). Untuk baju dan makanan mungkin sudah bisa dipenuhi karena nilainya yang tidak terlalu besar. Untuk tempat tinggal nilainya lumayan besar dan perlu segera dipikirkan solusinya. Kenapa harus memikirkan tempat tinggal segala, kan sudah ada rumah “Pondok Mertua Indah” !. Tinggal dirumah mertua sah-sah saja, asalkan rumahnya luas dan cukup menampung kita berdua.

Pengalaman beberapa teman yang telah menikah mengatakan kalau tinggal dirumah mertua itu kurang nyaman, serba “ewuh pakewuh” atau serba salah. Mau makan nasi banyak-banyak saja kita masih pikir-pikir, jangan-jangan orang tua tidak bekenan sehingga nanti obral curhatan ketetangga, bila itu terjadi akan membuat malu kita “Kawan”. Mau tiduran dirumah ketika libur kerja juga tidak enak dilihat mertua, kesannya kita ini pemalas.

Belum lagi kalau ada omongan dari mertua yang tidak enak didengar atau omongan kita yang tidak berkenan dihati mertua bisa menyebabkan kesalahpahaman yang akan menciptakan konflik keluarga. Dampak lebih buruk bila kita tinggal dirumah mertua adalah bila istri tidak mau belajar mandiri. Tinggal bersama orang tua akan membuat dia lebih santai sehingga menggantungkan segala sesuatu kepada ibunya, seperti urusan memasak, mencuci, setrika dan lain-lain.

Tentu lebih nyaman bila tinggal dirumah sendiri bersama istri “Kawan”. Kalau belum mampu membeli rumah kita bisa kos atau kontrak terlebih dahulu. Kita jalani kehidupan berumah tangga baik dalam suka maupun duka secara bersama-sama. Kita selesaikan masalah yang dihadapi secara bersama-sama pula tanpa ada pengaruh dari siapapun. Tunjukkan bahwa kita bisa hidup mandiri tanpa harus merepotkan orang tua/mertua lagi.

“Semoga Sukses”


No comments:

Post a Comment